Cinta dalam Psikologi, Sains, dan FIlsafat

 Cinta / love bisa didefinisikan dengan cara yang berbeda-beda dalam berbagai bidang. Dalam KBBI, Cinta definisinya adalah "suka sekali; sayang benar". Kalian mungkin pernah mendengar kutipan dari Patkay di dalam serial Kera Sakti tentang derita dari cinta, "Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir...". Kalian mungkin juga pernah menonton salah satu episode penguin of Madagaskar di mana Kowalski menyebut bahwa Cinta adalah reaksi kimia di otak. Pada dasarnya, pernyataan dari Kowalski tersebut ada benarnya, karena emosi dan hasrat seksual manusia memang dipengaruhi oleh banyak hormon dan neurotransmiter yang ada di otak.  Walaupun begitu, itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan bertahan atau tidaknya cinta. Lagipula, cinta punya banyak definisi. Kalau pernyataan dari Pat Kay? Entahlah.


Cinta Dalam Sains 

Hormon yang mempengaruhi suasana emosional dan hasrat seksual manusia sudah jelas berpengaruh pada pertimbangan manusia. Tapi, faktor seberapa lama suatu hubungan bertahan bukan hanya dipengaruhi suasana emosi atau hasrat seksual yang bisa berubah suatu waktu. Ada pengalaman yang juga mempengaruhi pertimbangan dan perbedaan cara penggunaan otak seseorang yang salah satunya dipengaruhi oleh proporsi tiap bagian-bagiannya. Orang yang punya kelainan mental dan masalah otak tertentu akan beda cara pertimbangannya dengan orang lain.

Perasaan yang datang dari hormon dan membuat berdebar-debar hanya karena memandang atau semacamnya, sebenarnya lebih tepat jika disebut dengan infatuasi dan nafsu syahwat (berahi). Infatuasi dan lust atau nafsu syahwat lebih didasarkan pada keinginan untuk meneruskan keturunan dengan melakukan hubungan seksual antara lawan jenis. Rasa sayang dan deep affection perlu kecocokan, kedekatan, dan proses yang mempererat hubungan dengan seiring berjalannya waktu walaupun ada masalah yang berulang-ulang. Kesamaan minat, tujuan hidup, idealisme dan kepribadian bisa jadi beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada langgengnya suatu perasaan dan hubungan, terutama hubungan antara lawan jenis dalam pernikahan.

Infatuasi tidak hanya tgerjadi sekali seumur hidup. Ketertarikan karena hasrat seksual atau faktor hormon yang menyebabkan jantung berdebar-debar pada beberapa orang sekaligus atau bergantian bisa saja dialami seseorang. Seseorang mungkin saja mengalami perasaan berupa jantung berdebar-debar atau rasa senang di dekat lawan jenis lebih dari sekali dengan beberapa orang. Kenyataannya, seseorang bisa saja menikah berkali-kali kalau ada hasrat seksual dan tidak ada landasan normatif yang menghalanginya. Faktanya juga, orang bisa bercerai dan menikah lagi setelahnya.

Cinta dalam Filsafat

Sejak zaman Yunani, filsafat sudah berusaha mendefinisikan dan membuat kategori yang berkaitan dengan cinta. Di filsafat ada beberapa istilah terkait dengan cinta. Istilah-istilah tersebut yaitu :
  1. Philautia : Cinta pada diri sendiri. Orang mungkin mengidentikan ini dengan egoisme dan narsisme. Ada benarnya bahwa saat kita sudah berlebihan dalam mencintai diri sendiri, mungkin saja akan muncul narsisme atau kekaguman pada diri sendiri yang tidak seharusnya. Tapi, itu bukan yang dimaksud oleh filsafat Yunani. Cinta pada diri sendiri yang tidak berlebihan adalah sesuatu yang kita perlukan sebelum kita bisa mencintai orang lain dengan bijak. Saat kita mencintai orang lain, kita perlu paham juga kebutuhan kita sendiri dan tahu batasan pengorbanan yang seharusnya.
  2. Philia : Cinta antar sahabat.
  3. Storge : Cinta antar anggota keluarga.
  4. Ludus : Cinta pada pandangan pertama yang menyenangkan hingga membuat seseorang merasa senang tergila-gila setelahnya. Ini identik dengan cinta monyet. Cinta jenis ini kadang hanya didasari pada keinginan untuk bersenang-senang dengan rayuan atau godaan tanpa adanya komitmen.
  5. Eros : Cinta yang didasari dengan gairah dan hasrat seksual. Eros didasari pada nama dewa kesuburan Yunani. Orang-orang Yunani menganggap cinta jenis ini sebagai salah satu penyebab hilangnya kontrol.
  6. Mania : Cinta yang obsesif dan kompulsif. Ini dinilai sebagai hasil dari tidak terkontrolnya eros dan ludus.
  7. Pragma : Cinta yang didasari pertimbangan rasional, komitmen, tanggung jawab, dan sisi praktis dari cinta. Pragma butuh kesadaran dan proses yang lama untuk bisa terus bertahan dengan berbagai pengalaman yang dijalani. Karena itu, pragma disebut juga dengan cinta seumur hidup atau enduring love.
  8. Agape : Cinta tanpa syarat. Cinta ini dinilai sebagai tingkatan tertinggi dalam filsafat Yunani. Agape adalah cinta yang memberi tanpa memberikan syarat ataupun mengharapkan balasan tertentu.

Cinta dalam Psikologi

Dalam psikologi juga ada teori segitiga cinta dari Sternberg yang terdiri dari keintiman (intimacy), gairah (passion), keputusan atau komitmen (decision/commitment), dan perpaduannya. Cinta menurut Erich Fromm adalah sikap, suatu orientasi karakter yang menentukan jalinan seorang pribadi dengan dunia secara keseluruhan. Suatu tindakan dan perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai.

Apapun penafsiran anda tentang Cinta, itu menentukan pola pikir anda. Saya tidak tahu apa penafsiran anda tentang cinta kecuali anda menuliskan atau mengucapkannya pada saya. Seberapa banyak pun kutipan-kutipan yang dihafal seseorang dari buku-buku berisi motivasi, penafsiran yang sebenarnya akan terlihat dari tindakannya.

Simone Elkeles — 'I believe in lust at first sight and attraction, but not love.'
Terbaru
Sebelumnya
Next Post »